Di era serba digital seperti saat ini, sebuah informasi atau data menjadi aset yang sangat penting dalam pengambilan suatu keputusan. Untuk mengumpulkan suatu informasi yang dibutuhkan, kita dapat melihat atau mencari informasi di kumpulan data yang ada. Sebuah kumpulan data dapat disebut big data.
“Tujuan big data, kita bisa mapping potensi berdasarkan kondisi obyektif , jadi, pemetaan persoalan berdasarkan kondisi atau gambaran secara obyektif, basis berdasar dalam pengambilan keputusan, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan system pemerintahan desa. Ini yang kita inginkan di Desa Tembok,”ungkap Dewa Komang Yudi Astra Perbekel Desa Tembok ketika ditemui usai Pers Confrence di Ranggon Sunset Singaraja, beberapa hari lalu.
Lebih jauh dijelaskan oleh Perbekel Tembok, big data yang kita canangkan jauh sebelumnnya akan segera terwujud, seiring dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak kepada Desa Tembok untuk transformasi digital.”Dari data sudah ada, tinggal menyempurnakan fitur-fitur dalam aplikasi yang digunakan sehingga lebih mudah pendataan dan gampang membaca datanya,astungkara tanggal 24 Oktober 2022 ini kita akan launching aplikasinya, bersamaan dengan peresmian internet tower bambu, ”terangnya.
Salah satu contoh kemudahan big data ini, ungkap Perbekel Yudi adalah dalam hajatan pemilu saat verivali data pemilih di lapangan memerlukan waktu sampai 2 bulan,tentunya banyak biaya yang dikeluarkan, dengan big data hanya memerlukan waktu 30 detik saja.”Data pemilih sudah bisa kita tagging lokasinya dengan GPS, kita bisa munculkan lokasinya, dan kita terus update misal pemilih meninggal, atau pindah lokasi dan sebagainya, itu relatif waktu diperlukan dalam menentukan jumlah daftar pemilih sementara tidak sampai 30 detik, hanya dengan fitur pencarian penduduk, kemudian usia penduduk. Jadi ini lebih efisien dan efektif dalam bekerja,”tandasnya.
Disinggung mengenai data yang terkumpul dalam aplikasi, Perbekel Yudi memaparkan hampir seluruh resources atau potensi yang dimiliki Desa Tembok diunggah seperti jumlah penduduk baik yang tinggal di desa atau dirantauan, jenis, kelamin, agama, lokasi tinggal, kepemilikan lahan,hasil produksi ternak, lokasi tempat ternak atau tagging lokasi ternak, hampir semua terdata.”Sementara yang sulit kita hitung hasil produksi nelayan, karena kita belum punya sentra yang bisa mengakomodasi hasil tangkapan nelayan,”akunya.
Diakuinya, momentum saat ini sangat tepat mewujudkan transformasi digital salah satunya big data di desanya, karena kerjasama yang telah dilakukan dengan Common Room Network Foundation, sangat membantu masyarakat atau SDM di desanya untuk mengoperasikan atau menjalankan big data,”Kerjasama ini dalam pengembangan literasi digital untuk memperkuat akses pembangunan infrastruktur internet berbasis masyarakat dan peningkatan kapasitas di pedesaan dan masyarakat adat, dan berfokus pada Jaringan Sekolah Komunitas yang berkelanjutan,”pungkasnya.(wd).
Baca Juga:
Bimtek KPPS, Harapkan Petugas Patuhi Kode Etik Sebagai Penyelenggara Pemilu