DETAIL BERITA

Setelah Tiga Puluh Tahun, Tawur Agung dan Pecaruan Wrespati Kalpa di Pura Ponjok Batu Kembali Digelar

19 Juli 2024 233 kali
Setelah Tiga Puluh Tahun, Tawur Agung dan Pecaruan Wrespati Kalpa di Pura Ponjok Batu Kembali Digelar

Setelah penantian panjang selama sekitar kurang lebih 30 tahun, Pura Ponjok Batu di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng, kembali menggelar upacara Tawur Agung Wrespati Kalpa. Dari serangkaian upacara yang digelar, hari ini tepatnya pada Sukra Paing Sinta, (19/7), dilaksakan upacara Mecaru Wrespati Kalpa Agung, Wayang Sapu Leger dan Topeng Sidakarya yang diikuti oleh Krama pengempon Pura dengan penuh hikmat.

Pura Ponjok Batu, yang dikenal sebagai Pura Dang Kahyangan atau Penyungsungan Jagat, merupakan salah satu pura penting di Bali yang memiliki nilai historis dan spiritual tinggi. Upacara Mecaru Wrespati Kalpa Agung yang digelar hari ini dipuput oleh tiga Sulinggih, yang memimpin rangkaian ritual sakral ini dengan penuh keagungan.

Dalam Upacara Mecaru Wrespati Kalpa Agung ini menjadi momentum penting bagi masyarakat, selain sebagai bentuk persembahan dan penghormatan kepada para dewa, upacara ini juga menjadi simbol pelestarian adat dan tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur.

Ida Pandhita Nabe Dharma Putra Yoga Daksa Manuabe dari Griya Agung Nila Candra salah satu Sulinggih yang muput upacara Mecaru ini mengatakan ritual ini bertujuan untuk menghubungkan dan memperdalam makna spiritual, yang melibatkan berbagai tahapan seperti nubung pedagingan, melaspas dan ngenteg linggih. Inti dari ritual ini adalah mentransformasikan energi negatif menjadi positif, seperti yang dilambangkan dalam Wisuda Bumi Yamaraja.

Dijelaskan, proses wisuda bumi mencakup pembentukan area dan transformasi dari buta, kala dan menjadi dewa. Ritual ini juga melibatkan konsep membangun periangan dan kayangan betara-betari yang beristana di area ini. Setelah itu, dilakukan pemelaspas dan memukah, serta melibatkan upacara-upacara spiritual seperti melasti.

"Tujuan dari mekiis atau melasti ini adalah untuk menganyutkan sarning mala dan papa klesa yang ada di tempat ini," jelasnya.

Ritual selanjutnya adalah ngamet sarning merta di tengah segara samudera, diikuti dengan ngenteg linggih yang bertujuan untuk mepeselang, mepedanan, mepergerayungan, dan nyenuk ngebat daun puput. "Semua tahapan ini mencerminkan konsep dari Tawur Agung Wrespati Kalpa, yang bertujuan untuk menstanakan betara-betara dan dewata-dewata yang ada di sini," imbuhnya.

Sementara itu Camat Tejakula Gede Suyasa mengatakan sebagai bagian dari kepanitiaan di Pura, pihaknya merasa sangat bersyukur dapat berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam melaksanakan upacara besar ini. Upacara yang dilaksanakan setiap 30 tahun sekali ini merupakan karya yang sangat luar biasa. Sejak Pura ini dipugar, baru kali ini kegiatan upacara dapat dilaksanakan.

"Atas nama pribadi dan panitia, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua elemen yang telah terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga acara ini dapat berlangsung sesuai dengan harapan kita bersama," tutupnya.

Baca Juga:

Pentingnya Peran Aktif Penyuluh Agama Kuatkan Wawasan Kebangsaan