Pemerintah Desa (Pemdes) Ambengan di Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali, bersiap mengembangkan program pertanian organik sebagai langkah strategis dalam menjaga ketahanan pangan sekaligus melestarikan lingkungan. Program yang akan diluncurkan pada awal 2025 ini bertujuan menghasilkan produk pertanian yang lebih sehat, berkualitas, dan bebas dari bahan kimia berbahaya.
Perbekel Ambengan, Nyoman Seri, Selasa (5/11) menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen desa dalam mendukung inisiatif ekonomi hijau (green economy). Melalui program pertanian organik, diharapkan lahan pertanian desa menjadi lebih subur dan berkelanjutan, sekaligus mengurangi ancaman alih fungsi lahan yang berdampak pada penurunan hasil panen.
"Kami ingin memastikan bahwa tanah kembali subur dan mikroorganisme penyubur tanah tumbuh optimal. Hal ini penting agar lahan sawah tidak dialihkan, sehingga produksi pertanian tetap stabil di tengah meningkatnya kebutuhan," ungkap Nyoman Seri.
Desa Ambengan memiliki sekitar 26 hektare lahan persawahan yang terbagi dalam tiga subak, yakni Subak Lawas, Subak Anyar, dan Subak Gede. Selain menjaga ketahanan pangan, program ini diharapkan mampu mengatasi tantangan perubahan fungsi lahan yang dapat mengurangi hasil pertanian secara signifikan.
Uji coba penggunaan pupuk organik telah dilakukan pada 2023 dengan dukungan Ikatan Pengusaha Muda Pribumi Indonesia (IP). Hasilnya, meski diterapkan pada lahan dengan kondisi tanah yang kurang ideal, seperti kelembapan tinggi dan pH tanah yang tidak seimbang, demplot menunjukkan hasil yang memuaskan. Petani melaporkan pertumbuhan padi yang lebih sehat dan peningkatan hasil panen yang signifikan.
Melihat keberhasilan uji coba tersebut, Pemdes Ambengan berencana mengalokasikan 30 persen dari anggaran ketahanan pangan desa pada 2025 untuk mendukung program ini. Dana tersebut akan digunakan untuk menyediakan pupuk organik dan bibit bagi petani, dengan harapan dapat menekan biaya pengelolaan lahan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
"Kami akan mendistribusikan bibit dan pupuk kepada petani, sehingga biaya pengelolaan pertanian mereka bisa berkurang," tambah Nyoman Seri.
Komang Sumerta (55), salah satu petani lokal, mengaku puas dengan hasil program demplot. Sebelum penggunaan pupuk organik, hasil panennya seringkali rendah, namun setelah beralih ke pupuk organik, pendapatan dari hasil panennya meningkat dua kali lipat, dari sekitar Rp5-7 juta menjadi Rp13 juta per musim tanam.
Ia juga menambahkan, penggunaan pupuk organik membuat tanaman padi tumbuh lebih sehat dan bebas dari serangan penyakit, seperti daun yang menguning. "Sekarang tanaman lebih kuat, pertumbuhannya subur, dan hasilnya jauh lebih baik dibandingkan saat menggunakan pupuk kimia," ungkap Sumerta.
Pemdes Ambengan berharap program ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan desa, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih sehat melalui konsumsi produk pangan organik. Program ini juga diharapkan mampu mencegah alih fungsi lahan sawah yang selama ini menjadi ancaman bagi stabilitas pangan di desa. Dukungan penuh dari pemerintah desa diharapkan mampu memotivasi petani untuk lebih semangat mengelola lahan, sehingga kesejahteraan mereka meningkat dan ketahanan pangan desa tetap terjaga.(skm)
Baca Juga: