DETAIL BERITA

Ikuti Lomba, Yowana Manik Asta Gina Usung Ogoh-Ogoh "Nandisuara"

10 Maret 2023 117 kali
Ikuti Lomba, Yowana Manik Asta Gina Usung Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogoh dalam kebudayaan Bali menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merupakan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam perwujudan ogoh-ogoh, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar, menakutkan, dan berwujud raksasa. Di Bali ogoh-ogoh dibuat untuk memeriahkan dalam perayaan hari raya Nyepi.

Maka dari itu, Seka Truna Truni (STT) dan Yowana yang ada di Bali pada umumnya, Buleleng pada khususnya sangat antusias membuat ogoh-ogoh yang menarik. Hal ini dibarengi adanya lomba ogoh-ogoh yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Bali pada tingkat kabupaten maupun provinsi.

Ditemui dilokasi pembuatan ogoh ogoh, pada Selasa, (7/3), Putu Satrya Adi Saputra, selaku koordinator pembuatan ogoh ogoh menyampaikan bahwa pada tahun ini Yowana Manik Hasta Gina Desa Adat Sangket Kecamatan Sukasada mengambil tema "Nandisuara".

"Tema ogoh ogoh ini disepakati bersama. Setelah sebelumnya ada beberapa tema yang diusulkan, kemudian untuk sinopsisnya juga ada ceritanya," ucap koordinator Yowana Manik Hasta Gina.

Dalam tema yang sudah disepakati itu, ogoh-ogoh tersebut melambangkan antara wujud manusia dengan lembu tentang ketabahan dan pengabdian. Dimana, ketabahan adalah nandi yang bertapa begitu lama mendapatkan wahyu mengabdi kepada Dewa Siwa.

"Pengabdian inilah yang kemudian dalam era sekarang diharapkan  agar generasi muda mengabdi dengan ikut serta mendukung dan menjalankan program program pemerintah serta menaati aturan aturan yang ada sebagai warga negara yang baik," tegas Satrya.

Pada proses pembuatannya dilakukan 1 bulan sebelum perlombaan tepatnya pada bulan Februari 2023. "Proses pembuatannya, kami lakukan saat jam pulang kerja dan hari-hari tertentu seperti Sabtu dan Minggu," pungkasnya.

Dalam prosesnya, Satrya menyampaikan ogoh-ogoh dibuat dengan menggunakan bahan ramah lingkungan seperti besi, bambu dan lain sebagainya. Pada bagian kaki, kepala dan trisula Dewa Siwa ditambahi dengan setelan dinamo. Hal ini supaya ogoh-ogoh tersebut bisa bergerak.

"Rangkanya itu menggunakan bahan seperti pelat pelat besi agar gerakan itu harmonis maju mundurnya, kemudian  formasi juga cuap cuap di mulutnya," tutupnya. (Nyil).

Baca Juga:

Lestarikan Keberadaan Lontar, Penyuluh Bahasa Bali Konservasi dan Identifikasi Lontar di Desa Panji