Melihat
event seperti Lovina Festival, dan Buleleng Devolopment Festival
tentunya angkringan kekinian sangat diperhatikan oleh Pemkab.Buleleng,
hal ini karena angkringan di Buleleng sangat beragam dan mampu
menggerakkan sektor ekonomi masyarakat.
Memiliki hobi yang dapat menghasilkan uang tentu menjadi impian setiap orang, begitu pula yang dirasakan Dewa Putu Bimantara bersama istrinya Ni Made Ayu Pratiwi Maharani ditemui ditempat usahanya, Minggu, (10/9) warga Kelurahan Penarukan, Buleleng tersebut yakin kecintaanya terhadap dunia kuliner mampu mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Mengawali dengan membuka outlet Cincha Thai Tea Singaraja yang dibuatnya, sembari membuka lembaran baru pada buku catatannya. Dijajagi pembeli, pasangan suami istri (pasutri) itu dengan ramah menyapa memberikan pelayanan yang terbaik layaknya pedagang profesional, mencatat dan langsung membuat pesanan dengan tangan lihainya.
Gerakan yang cekatan membuat pembeli tidak perlu menunggu lama, pesanannya pun jadi. Rasa makanan dan minuman yang autentik dengan tambahan bumbu rahasia yang tidak dapat ditemukan pada tempat lain membuat pelanggan tidak cukup membeli satu kali.
Duduk sambil merapikan dagangan usai melayani pembeli, Bima mulai menceritakan awal mula kecintaanya pada kuliner hingga bisa menjadi bisnis. Awalnya semasa duduk dibangku SMA, Ia selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk membuka usaha.
Mulanya Bima hanya menjual pulsa dan bahan bakar minyak (BBM) dirumahnya. Namun saat masuk kejenjang perkuliahan karena keterbatasan ekonomi Ia sampai ingin putus kuliah, karena dorongan kuat dari orang tua Ia akhirnya bangkit dengan bantuan pinjaman untuk menyelesaikan pendidikannya di tahun 2012.
Sedikit demi sedikit Bima mulai bangkit dan membuka counter handphone dengan memanfaatkan lahan rumah milik orangtuanya. Lagi-lagi penjualannya menurun drastis karena Pandemi Covid-19, melihat beberapa pedagang kuliner terlintas dipikirannya untuk membuka outlet yang menjual minuman thai tea.
"Sebelumnya PPKM kan terbatas aktifitas jualan, jam 5 udah tutup jadi penghasilan berkurang. Akhirnya mikir lah kan kalau dagang outlet itu boleh buka lebih lama jadi saya coba dulu bikin tempat seadanya," Ucap Bima.
Dengan tempat seadanya, satu persatu pelanggan mulai berdatangan membeli dagangannya. Namun hal tersebut tidak berangsur lama outletnya kembali sepi pembeli, bahkan sehari Ia hanya bisa menjual satu gelas thai tea. Tertegun sambil melihat kebun pisang miliknya berbuah terlintas ide untuk menambah menu makanan dengan berbahan dasar pisang tersebut.
"Mungkin bosan menunya itu aja akhirnya saya pikir lah kan saya punya kebun pisang jadi kenapa tidak itu diolah, kalau untuk hari raya saja kebanyakan, pisangnya hanya dikonsumsi sendiri saja," Jelasnya.
Akhirnya dengan adanya menu baru tersebut, outletnya kembali ramai pembeli. Bahkan sehari pasutri itu bisa menghasilkan Rp250 ribu. Harga menu yang dijual pun relatif murah kisaran Rp5 hingga Rp20 ribu, mulai dari berbagai minuman hingga makanan kekinian yang banyak diminati berbagai kalangan bahkan lansia hingga warga negara asing (WNA).
"Mungkin karena variannya lebih lengkap, kalau makanan unggulan kebab sama corn dog. Minuman ada variant choco caramel, paling laris" Tandas Bima.
Baca Juga:
Komunitas Balawa Hasilkan Segudang Manfaat dengan Pelestarian Lingkungan