Pembangunan
shortcut Singaraja-Mengwitani merupakan upaya untuk menyeimbangkan
pembangunan Bali utara dengan Bali selatan. Proyek shortcut ini
memperlancar mobilitas masyarakat Buleleng ke Denpasar atau sebaliknya
yang tentunya akan mengurangi urbanisasi khususnya dikota besar seperti
Denpasar. Selain itu ada dampak langsung dari shortcut ini secara
ekonomi. Demikian disampaikan Gubernur Bali I Wayan Koster saat
meresmikan kelanjutan pembangunan shortcut titik 7D dan 7E yang ditandai
peletakan batu pertama didampingi PJ. Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana
di Dusun Wira Bhuana Desa Gitgit Kecamatan Sukasada, Selasa,(29/8).
Dalam sambutannya Gubernur asal Desa Sembiran,Kecamatan Tejakula Buleleng ini menyampaikan bahwasannya shorcut batas kota Singaraja-Mengwitani Provinsi Bali titik 3,4,5,6,7A,7B,7c dan 8 telah selesai dilaksanakan.”Hari ini pembangunan shortcut titik 7D,7E kita lanjutkan dengan target Juli 2024 selesai, saya mohon akan kontraktor betul-betul mematuhi ketentuan teknis sehingga mampu memberikan hasil yang tetap waktu, tepat mutu dan tentunya berkualitas, semoga pembangunan ini dapat berjalan lancar,”harapnya.
Ditambahkan, shortcut titik 9 dan 10 akan dikerjakan tahun 2024-2025, jika telah selesai maka akan disediakan fasilitas shuttle bus listrik untuk memudahkan mobilitas masyarakat ke Singaraja-Denpasar dan sebaliknya. Selain itu pembangunan shortcut ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, karena jalur ini telah digunakan sebagai jalur wisata karena pemandangan sangat indah disepanjang jalan shortcut ini.”Pemerintah akan menyediakan rest area sehingga wisatawan ataupun masyarakat dapat menikmati perjalanan dengan nyaman dan aman. Pembangunan ini merupakan kategori proyek revolusioner dan progresif. Selanjutnya perencanaan pembangunan shortcut titik 1,2,9,10 dan 11,12 sepanjang 7,7 km akan ditargetkan sampai 2026.”tambahnya.
Dirinya menceritakan Keinginan pembangunan shortcut telah puluhan tahun diwacanakan, namun sejak dirinya memimpin ditahun 2018 akhirnya pembangunan shortcut terlaksana hingga sekarang dan akan berlanjut sampai 2026.” Sejak dilantik 2018 saya langsung menyusun anggaran untuk pembebasan lahan 2018,2019,2020 sehingga titik 3,4,5,6,7,8,9,10 telah dibebaskan. Sedangkan titik 11,12 tahun 2025 rencananya akan dibebaskan,”sebutnya.
Sementara itu Wida Nurfaida, selaku Direktur Pembangunan Jalan Direktorat Jendral Bina Marga Kementerian PUPR mengatakan titik 7D dan 7E akan terbangun jembatan sepanjang 155 M dan jalan sepanjang 400 M menelan biaya Rp. 82 miliar jangka waktu 1 tahun kalender yaitu pada bulan Juli 2025. Pembangunan jalan ini akan mengurangi waktu tempuh yang awalnya 2,7 menit menjadi 1,3 menit.”Secara teknis dan prinsip tidak ada masalah, karena Pemprov. Bali dan Buleleng sangat bagus komunikasinya selain itu para kontraktor sudah makin baik kinerjanya. Mohon doanya agar proyeknya dapat berjalan dengan lancar,”harapnya.
Lebih lanjut Wida Nurfaida mengatakan nantinya setelah pembangunan shortcut dari titik 3 sampai titik 8 rampung maka panjang sebelumnya 6,99 km menjadi 6,25 km, mengurangi jumlah tikungan dari 58 titik menjadi 21 titik dan terpenting mengurangi tingkat kelandaian maksimal ruas jalan Mengwitani-Singaraja dari 27% menjadi 10 % yang tentunya memberikan kenyamanan pagi pengguna jalan
Disisi lain, Perbekel Gitgit Putu Arcana mengatakan pembangunan shortcut ini dapat memberikan dampak ekonomi bagi warganya, selain sebagai tenaga lokal yang dipekerjakan juga dapat dibangunnya tempat usaha di lahan shortcut serta transportasinya sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Disinggung terkait dampak pembangunan shortcut, Putu Arcana mengatakan jika dilihat dari pengalaman tahun lalu akibat limbah kerukan tanah yang menyebabkan keruhnya air terjun yang ada di wilayahnya, tentunya pihak kontraktor telah memikirnya, namun jika itu diluar kendali kita, wisatawan masih memaklumi dampak tersebut. Sekarang sudah mulai normal kondisi dan jumlah kunjungan tamu,”pungkasnya.
Baca Juga:
Jalan Santai dan Doorprize Warnai Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Buleleng